Monosodium glutamat (MSG) adalah penguat rasa yang memiliki reputasi buruk karena dikatakan berbahaya bagi kesehatan Anda. Seberapa jauh kebenaran bahwa MSG itu berbahaya?
Selama bertahun-tahun, MSG dipandang sebagai bahan yang tidak sehat. Namun, penelitian terbaru mempertanyakan keakuratan efek merugikan yang diklaim pada kesehatan manusia.
Artikel ini akan menguraikan fakta sebenarnya terkait MSG, apakah MSG berbahaya dan informasi penelitian terbaru tentang monosodium glutamat.

Apa itu MSG?
MSG adalah kependekan dari monosodium glutamat.
MSG terjadi secara alami di beberapa makanan. Itu juga digunakan sebagai penambah rasa dalam makanan Cina, Jepang, Thailand atau olahan.
MSG berasal dari asam L-glutamat, yang secara alami ada di banyak makanan.
Asam L-glutamat adalah asam amino non-esensial, artinya tubuh Anda dapat memproduksinya sendiri dan tidak perlu mendapatkannya dari makanan. [1]
MSG berwarna putih, tidak berbau dan berbentuk seperti bubuk kristal yang biasa digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Dalam industri makanan, MSG juga dikenal dengan kode panggilan E621.
Monosodium glutamat diproduksi melalui proses fermentasi karbohidrat dari sumber seperti tebu, gula bit dan molase.
MSG memiliki rasa khusus yang disebut “umami” yang merupakan rasa kelima selain manis, asin, asam atau pahit.
Selain itu, perlu diperhatikan juga bahwa tidak ada perbedaan kimiawi antara asam glutamat yang ditemukan secara alami di beberapa makanan dan asam glutamat yang ditemukan di MSG.
Artinya tubuh kita tidak bisa membedakan kedua jenis asam tersebut. [2]
Mengapa MSG dikatakan berbahaya?
MSG mendapat reputasi buruk pada tahun 1968 ketika seorang dokter Cina-Amerika bernama Robert Ho Man Kwok menulis surat kepada Jurnal Kedokteran New England menjelaskan bahwa dia jatuh sakit setelah makan makanan Cina. [3]
Dalam tulisannya, ia meyakini bahwa gejala yang dialami bisa jadi akibat alkohol, garam, atau MSG.
Ini menciptakan banyak informasi yang salah tentang MSG. Surat itu mengarah pada penamaan gejala Kwok sebagai “sindrom restoran Cina”, yang kemudian menjadi “kompleks gejala MSG” (MSC). [1]
Belakangan, banyak penelitian yang mendukung reputasi buruk MSG dengan menyatakan bahwa bahan tambahan makanan ini sangat beracun. [1]
Namun, penelitian terbaru mempertanyakan keakuratan penelitian sebelumnya karena beberapa alasan: [1]
- Ukuran sampel kecil
- Kurangnya ketepatan dosis
- Kurangnya kelompok kontrol
- Kelemahan metodologis
- Penggunaan dosis sangat tinggi yang jauh melebihi dosis yang digunakan dalam diet normal
- MSG diberikan melalui suntikan, bukan melalui asupan oral (makan).
Sekarang, otoritas kesehatan seperti Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA), Food and Drug Administration (FDA), dan European Food Safety Association (EFSA) mengakui MSG aman secara umum. [1]
Mereka juga menentukan asupan harian yang dapat diterima menjadi 30 mg per kilogram berat badan per hari. [1, 2]
Ini jauh lebih banyak dari jumlah yang biasanya Anda makan dalam diet harian normal.
Studi Lama Vs. Studi Baru
Sebelumnya, MSG dikatakan berbahaya karena dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, keracunan otak, diabetes, dan MSC.
Namun, studi atau penelitian yang lebih baru menunjukkan sebaliknya.
1. Obesitas
MSG telah dikaitkan dengan peningkatan risiko obesitas atau kelebihan berat badan.
Sebuah studi observasi pada tahun 2008 melaporkan bahwa konsumsi MSG dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan pada manusia. [4]
Namun, studi observasional tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebab dan akibat dari bahan studi.
Ini berarti penelitian tersebut tidak dapat memastikan bahwa MSG menyebabkan penambahan berat badan pada peserta yang diuji.
Studi uji coba terkontrol acak yang lebih baru melaporkan bahwa konsumsi sup yang ditambah MSG mengurangi asupan energi (kalori) pada wanita yang kelebihan berat badan atau obesitas. [5]
Sebuah studi longitudinal tahun 2010 yang melibatkan 1.282 peserta pria dan wanita melaporkan bahwa asupan MSG tidak terkait dengan obesitas atau penambahan berat badan. [6]
2. Efek pada Otak
Glutamat memainkan banyak peran penting dalam fungsi otak. Ini bertindak sebagai neurotransmitter yang merupakan bahan kimia yang merangsang sel-sel saraf untuk mengirim sinyal.
Beberapa penelitian mengklaim bahwa MSG dapat menyebabkan toksisitas otak dengan menyebabkan kadar glutamat berlebih di otak untuk menstimulasi sel saraf secara berlebihan, yang mengakibatkan kematian sel. [7, 8]
Namun, glutamat dalam makanan seperti MSG mungkin memiliki sedikit atau tidak berpengaruh sama sekali pada otak Anda karena hampir tidak ada glutamat yang melewati usus ke dalam darah atau melintasi penghalang otak. [1, 2]
Sebaliknya, MSG yang tertelan akan dimetabolisme di usus. Dari sana digunakan sebagai sumber energi atau diubah menjadi asam amino.
3. Diabetes
Ada juga penelitian pada hewan yang menghubungkan MSG dengan diabetes atau diabetes tipe 2. [9]
Namun penelitian ini menggunakan metode yang tidak tepat yaitu menggunakan metode injeksi bukan dosis oral (melalui makanan).
Sebuah penelitian kohort dengan kualitas lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian pada hewan menemukan bahwa asupan MSG yang tinggi di antara orang dewasa Cina tidak meningkatkan risiko kadar gula darah tinggi. [10]
Tinjauan terhadap 89 penelitian menyimpulkan bahwa bukti yang menghubungkan MSG dengan diabetes masih kurang dan sebagian besar bukti bergantung pada uji coba jangka pendek. [11]
4. Beberapa Orang Mungkin Sensitif
Beberapa orang mungkin lebih sensitif dan dapat mengalami efek buruk dari konsumsi MSG karena kondisi yang disebut “MSG Symptom Complex (MSC).”
Gejala MSC adalah sakit kepala, pusing, lemas, kejang otot, kesulitan bernapas, atau tidak sadarkan diri. [1]
Dosis ambang yang menyebabkan gejala jangka pendek dan ringan pada orang yang sensitif adalah 3 gram atau lebih MSG tanpa makanan.
Ringkasan
MSG adalah bahan tambahan makanan yang identik dengan masakan Asia.
MSG telah digunakan sebagai penambah rasa sejak awal 1900-an, tetapi reputasinya mulai buruk pada akhir 1960-an.
Tiba-tiba, MSG dikatakan berbahaya dan terkait dengan segala macam masalah kesehatan. Meskipun demikian, data atau penelitian terbaru tidak menemukan bukti kuat yang menyatakan bahwa MSG dapat menyebabkan penyakit tertentu.
Otoritas kesehatan mengklasifikasikan MSG aman jika dikonsumsi dalam jumlah sedang.